Penyakit Rabies Pada Hewan - Berkucing

Breaking

Sponsor

Saturday, September 13, 2014

Penyakit Rabies Pada Hewan

Penyakit Rabies Pada Hewan.Marilah kita pelajari mengenai penyakit pada binatang yang satu ini.Penyakit anjing asing (rabies) ialah suatu penyakit menular yang masuk dalam kategori akut, penyakit ini melaksanakan serangan pada susunan syaraf sentra korbannya, disebabkan oleh virus rabies jenis Rhabdho virus yang sanggup menyerang semua binatang berdarah panas dan manusia.
Marilah kita pelajari mengenai penyakit pada binatang yang satu ini Penyakit Rabies Pada Hewan

Pada penyakit ini sangat ditakuti dan sanggup mengusik ketentraman hidup manusia, lantaran apabila sekali tanda-tanda klinis penyakit rabies timbul maka biasanya hampir selalu diakhiri dengan kematian. Rabies berasal dari bahasa latin “rabere” yang mempunyai arti murka atau dengan kata lain mempunyai sifat pemarah. Rabere juga kemungkinan berasal dari bahasa Sansekerta “rabhas” yang bermakna kekerasan.
Orang Yunani meng-adopsi kata “Lyssa” yang juga berarti “kegilaan”. Menurut catatan sejarah, Rabies telah dikenal 2300 SM semenjak zaman Mesopotomia. Dokumen pada zaman tersebut menyatakan bahwa setiap orang yang mempunyai anjin.g yang bersifat ” viscious”/ Ganas dan menimbulkan gigitan pada orang lain akan diberikan denda. Pada kala ke 9 Inggris pernah mengalami persoalan Rabies.
Di Inggris Rabies tidak hanya menular pada Anjing tetapi juga kucing dan Rubah (red Fox). Di Indonesia, pertama kali dilaporkan secara resmi oleh Esser di Jawa Barat, tahun 1884.
Kemu.dian oleh Penning pada anjing pada tahun 1889 dan oleh E.V. de Haan pada insan (1894). Penyebaran Rabies di Indonesia bermula dari tiga provinsi yaitu Jawa Barat, Sumatera Utara dan Sulawesi selatan sebelum perang Dunia ke-2 meletus.
Pemerintahan Hindia Belanda telah menciptakan peraturan terk.ait rabies semenjak tahun 1926 dengan dikeluarkannya Hondsdolsheid Ordonansi Nomor 451 dan 452, yang juga diperkuat oleh Staatsblad 1928 Nomor 180. Selanjutnya selama Indonesia dikuasai oleh Jepang situasi daerah tertular Rabies tidak diketahui secara pasti.
Setelah thn 1945 dalam kurun waktu kurang dari 35 tahun (1945-1980) sehabis merdeka Rabies menyebar hampir ke 12 provinsi lain, menyerupai Jawa Tengah dan Jawa Timur (1953), Sulawesi Utara (1956), Sumatera Selatan (1959), DI. Aceh (1970), Lampung (1969), Jambi dan Yogyakarta (1971), DKI Jaya dan Bengkulu (1972), Kalimantan Timur (1974), Riau (1975), dan Kalimantan Tengah (1978).
Pada era 1990-an, provinsi di Indonesia yang masih bebas rabies yakni Bali, NTB, NTT, Maluku, dan Papua. Peraturan terkait Rabies pun telah banyak dibentuk sehabis warisan dari pemerintahan kolonial dengan dikeluarkannya SK Bersama Tiga Menteri (Pertanian, kesehatan, dan Dalam Negeri) pada tahun 1978 dan Pedoman Khusus dari Menteri Pertanian pada tahun 1982. Sehubungan dengan hal tersebut diatas,pemerintah secara sistematis melaksanakan jadwal pembebasan secara bertahap.
Program ini dimulai pada Pelita V (1989 – 1993) DI Pulau Jawa dan Kalimantan dan Kemudian pada Pelita VI (1994 – 1988) diperluas ke pulau tertular yaitu Pulau Sumatra dan Sulawesi.Dengan demikian jadwal pemberantasan rabies ini menjadi jadwal nasional. Situasi rabies yang telah dicapai dalam pelaksanaan jadwal pembebasan rabies selama ini meliputi :
  • Dan hingga pada kini ada lima propinsi di negara Indonesia tetap bebas rabies yaitu Nusa Tenggara Barat, Maluku, Papua Dan Kalimantan Barat dan Sampai ketika ini ada 18 propinsi yang belum bebas masalah rabies, pada tahun 1998 Propinsi Nusa Tenggara Timur telah menjadi tertular rabies semenjak terjadinya outbreak di Pulau Flores Kabupaten Flores Timur.
  • Propinsi Jawa Timur, DI Yogyakarta dan Jawa Tengah telah berhasil dibebaskan dari masalah rabies dengan diterbitkan surat keputusan menteri Pertanian No.892/Kpts/TN.560/9/97 tanggal 9 September 1997. Namun untuk Pulau Jawa, Propinsi Jawa Barat Masih dinyatakan sebagai daerah tertular rabies lantaran masih dilaporkan adanya masalah rabies pada insan dan hewan, namun demikian tampak terjadi juga penurunan kasus.
  • Jumlah rata – rata per tahun masalah gigitan pada insan oleh binatang tersangka penular rabies selama tiga tahun terakhir (1997 - 1990) sebanyak 13880 kasus, 7509 diantaranya (54,2%) divaksinasi anti rabies (VAR) dan 170(1,2%) proteksi kombinasi Serum anti rabies (SAR). Ditemukan rata-rata per tahun 88 masalah rabies pada insan selama tiga tahun (1997 – 1999), dan 2002 spesimen binatang yang diperiksa rata-rata pertahun, diantaranya 1111 spesimen (55,5%) mengatakan positif rabies.
  • Situasi rabies pada tahun 1999,dilaporkan masalah gigitan binatang pada insan 5930 masalah (50%) diberi VAR dan 56 masalah (0,5 %) diberi kombinasi VAR dan SAR. Sedangkan masalah rabies pada insan sebanyak 131 kasus, dan dari 850 spesimen binatang yang diperiksa 767 (90,2%) mengatakan positif rabies.
Penyakit Rabies ketika ini masih dinyatakan bebas di beberapa pulau-pulau kecil Propinsi daerah timur Indonesia &pada pulau–pulau di se.kitar Sumatera kecuali Nias yang dinyatakan terserang Rabies di tahun 2010. Program pembebasan rabies merupakan Kesepakatan Nasional dan merupakan kerjasama acara 3 Departemen, yaitu Departemen Pertanian (Ditjen Peternakan), Departemen Dalam Negri (Ditjen PUOD) dan Departemen kesehatan (Ditjen PPM & PL) semenjak awal Pelita V tahun 1989. (Oleh : drh. Neno WS.)
Referensi
Wikipedia.
Civas.net
Departemen Pertanian, D.J.P., Direktorat Kesehatan Hewan, 2007.
KIAT VETINDO Rabies Kesiagaan Darurat Veteriner Indonesia Penyakit Rabies. Departemen Pertanian, Indonesia. Majalah Poultry Indonesia, O., 2010.
Rabies, Luka Indonesia ya.ng Terus Kambuh. Poultry Indonesia.
Rabies, Luka Indonesia yang Terus Kambuh, Jakarta. Wilkinson, L., 2002. History. In: Jackson, A.C., Wunner, W.H. (Eds.), RABIES. Elsevier Sciece (USA), London, UK, pp. 1-21.

Demikianlah Artikel mengenai Penyakit Rabies Pada Hewan. Simak juga artikel kami yang lain dengan judul
 Virus Toxoplasma Pada Kucing Persia Anggora.

No comments:

Post a Comment